BANDAR LAMPUNG - Dr. Rudhy Iswandi, S. E., M.Ec., Kepala Bidang Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan, telah meraih gelar Doktor Ekonomi yang ke-37 pada Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung dengan konsentrasi Ilmu Ekonomi Publik. Disertasinya berjudul "Pengaruh Faktor Spesialisasi Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi" di bawah bimbingan Promotor Prof. Dr. Marselina, S.E., MPM, dan Co-Promotor Prof. Dr. Nairobi, S.E., Msi, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Sidang Promosi Doktor diadakan di Ruang Auditorium, Gedung G, lantai 2 Pascasarjana FEB UNILA, dihadiri oleh sekitar 100 tamu undangan. Prosesi sidang berjalan lancar, dengan Rudhy menjawab pertanyaan dari sembilan penguji dengan fasih dan tegas. Penguji dari luar Universitas Lampung yang hadir adalah Prof. Dr. Bernadette Robiani, S.E., M.Sc dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sriwijaya. Tim penguji internal terdiri dari Prof. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, Ketua PDIE FEB Unila, Prof. Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Sc; Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc; Prof. Dr. Ambiya, S.E., M.Si; Dr. Ernie Hendrawaty, S.E., M.Si, Wakil Dekan 1 FEB Unila; dan Dr. Ayi Ahadiat, S.E., MBA, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Teknologi Informasi Universitas Lampung.
Hasil penelitian Rudhy tentang Time Series Threshold Regression Model dalam Tourism Led Growth, dengan memasukkan variabel rasio threshold pariwisata melalui mekanisme Export Tourism Led Growth, menunjukkan bukti bahwa pariwisata dapat menggerakkan perekonomian melalui pendapatan per kapita, meskipun tidak selalu demikian. Dari 55 negara di 5 kawasan unggul pariwisata, terdapat 31 negara di 3 kawasan yang perekonomiannya terbukti dapat digerakkan oleh sektor tersebut. Variabel rasio threshold pariwisata menunjukkan nilai signifikan di batas minimum dan optimum threshold selama 30 tahun. Negara yang unggul dan terspesialisasi dalam pariwisata di Kawasan Asia Pasifik meliputi Jepang, Singapura, Cina, Hongkong, Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam; di Kawasan Amerika dan UEA adalah Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Kosta Rika, Uruguay, dan UEA; serta di Kawasan Eropa adalah Spanyol, Prancis, Austria, Belanda, Swiss, Portugal, Swedia, Belgia, Islandia, Yunani, Polandia, Siprus, Malta, Slovenia, Kroasia, dan Latvia. Namun, 55 negara di 5 kawasan unggul pariwisata tidak menunjukkan signifikansi dari nilai variabel rasio threshold pariwisata selama 30 tahun, memberikan bukti baru bahwa tidak semua negara unggul pariwisata perekonomiannya digerakkan oleh sektor pariwisata atau terspesialisasi. Ini menunjukkan bahwa konsep Tourism Led Growth tidak selalu berlaku, meskipun negara tersebut unggul dalam pariwisata.
Hasil estimasi Ordinary Least Square (OLS) di 31 negara unggul dan terspesialisasi pariwisata di 3 kawasan (Asia Pasifik, Amerika, dan UEA, serta Eropa) menunjukkan bahwa variabel penerimaan pariwisata internasional (q), kunjungan wisatawan mancanegara (n), dan ekspor jasa layanan perjalanan pariwisata (ts) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi. Variabel jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (n) memiliki pengaruh dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 8 negara di Kawasan Asia Pasifik. Variabel ekspor jasa layanan perjalanan pariwisata (ts) lebih dominan di 6 negara Kawasan Amerika, sementara variabel penerimaan pariwisata internasional (q) lebih dominan di 17 negara Kawasan Eropa. Hasil ini mengkonfirmasi bukti bahwa hipotesis Tourism Led Growth pariwisata internasional dapat berlaku untuk meningkatkan perekonomian suatu negara, dengan pertimbangan karakteristik kawasan dan syarat negara yang unggul serta terspesialisasi dalam pariwisata.